Sekarang akan saya ungkap bagaimana perjuangan Titi DJ menjalani pahitnya perjalanan karirnya.
Masa kecil
Putri ketiga dari lima bersaudara pasangan John Sutanto yang berdarah Palembang-Tionghoa dan Yeni yang berdarah Manado-Batak ini telah suka menyanyi dan menari sejak kecil. Bakat seni Titi juga didukung oleh kedua orang tuanya. Di tengah kondisi serba pas-pasan, Yeni menyisihkan pendapatannya untuk memasukkan Titi ke sanggar seni suara yang cukup kondang saat itu, Bina Vokalia. Tak cukup hanya itu, Yeni juga mendaftarkan Titi kursus tari Bali dan piano. Bahkan, ibunya juga menghubungi Dewi Motik, wanita pengusaha terkemuka yang dikenal luwes dan pakar mengenai kewanitaan. Cobaan datang saat Titi masuk ke jenjang SMP. Kedua orang tuanya bercerai. Ibunya pun harus berjuang sendirian menghidupi keluarganya. Meski demikian, saat Titi bercerita tentang sebuah kelompok seni terkemuka, Swara Mahardhika (SM), ibunya begitu antusias. Bersama Soraya Haque, teman sekolahnya yang juga tinggal di Tebet, Titi pun mendaftar ke sanggar pimpinan Guruh Soekarnoputra itu. Keluarga Titi kembali diuji saat warung yang selama ini menjadi tumpuan hidup mereka, terkena gusuran. Mereka pun pindah ke kawasan lain di Tebet Timur. Sayang mereka sekali lagi mendapat ujian saat Yeni bangkrut akibat arisan call. Keterpurukan ekonomi membuat mereka pindah lagi, kali ini ibunya membeli rumah yang amat sederhana di sebuah gang di kawasan Tomang. Tak hanya itu, Titi pun harus merelakan pianonya dijual demi menutup hutang. Meski begitu, ibunya tak menghentikan 'jatah' Titi ikut di SM.
Putri ketiga dari lima bersaudara pasangan John Sutanto yang berdarah Palembang-Tionghoa dan Yeni yang berdarah Manado-Batak ini telah suka menyanyi dan menari sejak kecil. Bakat seni Titi juga didukung oleh kedua orang tuanya. Di tengah kondisi serba pas-pasan, Yeni menyisihkan pendapatannya untuk memasukkan Titi ke sanggar seni suara yang cukup kondang saat itu, Bina Vokalia. Tak cukup hanya itu, Yeni juga mendaftarkan Titi kursus tari Bali dan piano. Bahkan, ibunya juga menghubungi Dewi Motik, wanita pengusaha terkemuka yang dikenal luwes dan pakar mengenai kewanitaan. Cobaan datang saat Titi masuk ke jenjang SMP. Kedua orang tuanya bercerai. Ibunya pun harus berjuang sendirian menghidupi keluarganya. Meski demikian, saat Titi bercerita tentang sebuah kelompok seni terkemuka, Swara Mahardhika (SM), ibunya begitu antusias. Bersama Soraya Haque, teman sekolahnya yang juga tinggal di Tebet, Titi pun mendaftar ke sanggar pimpinan Guruh Soekarnoputra itu. Keluarga Titi kembali diuji saat warung yang selama ini menjadi tumpuan hidup mereka, terkena gusuran. Mereka pun pindah ke kawasan lain di Tebet Timur. Sayang mereka sekali lagi mendapat ujian saat Yeni bangkrut akibat arisan call. Keterpurukan ekonomi membuat mereka pindah lagi, kali ini ibunya membeli rumah yang amat sederhana di sebuah gang di kawasan Tomang. Tak hanya itu, Titi pun harus merelakan pianonya dijual demi menutup hutang. Meski begitu, ibunya tak menghentikan 'jatah' Titi ikut di SM.
Karier Titi DJ
Awal karier sejak masuk SM, Titi mulai menjajal dunia model. Beberapa kali wajahnya muncul di majalah remaja dan mulai dikenal masyarakat. Ibunya juga selalu mencari peluang agar Titi bisa ikut lomba bergengsi. Tahun 1983 Titi ikut Lomba Bintang Radio & Televisi dan meraih Juara III, juga Juara Berpenampilan Terbaik. Namun bekal itu tak cukup membantu saat Titi ingin tampil di Aneka Ria Safari, ajang paling bergengsi bagi penyanyi saat itu. Titi ditolak karena belum memiliki album.
Kesempatan untuk rekaman datang dari JK Record. Tawaran itu datang berkat usaha Frans Hasibuan, koordinator acara musik Kamera Ria, tempat Titi sering tampil. Sayang Titi tidak mendapat titik temu dengan Judi Kristianto mengenai musik yang bisa dibawakannya. Saat itu, JK Record memang dikenal sebagai perusahaan rekaman yang menelurkan album mendayu, sementara Titi terbiasa mengapresiasi musik Addie MS, Chrisye, atau Guruh Soekarnoputra. Meski tak jadi rekaman, Titi tidak putus semangat untuk mencari kesempatan show dan tampil di televisi. Titi pun melirik dunia film dan mulai main dalam film-film komedi yang waktu itu memang sedang marak-maraknya. Film pertamanya, bertajuk Gepeng Bayar Kontan (1983).
Film itu yang membawa Titi mendapat tawaran dari Ibu Andi Nurhayati salah satu produser film, untuk mengikuti kontes Miss World 1983 di London, Britania Raya. Tentu saja kesempatan itu tidak disia-siakan walau Titi belum pernah mengikuti kontes kecantikan di tanah air. Sayangnya, ia tidak berhasil meraih posisi dalam ajang tersebut.
Meski kecewa lantaran gagal memenangkan kontes Miss World, namun berkat itu popularitas Titi menanjak cepat. Titi kerap mendapat tawaran bermain film dan tawaran rekaman dari Jackson Record.
Pada 1984, Titi merilis album perdana, Imajinasi. Meski penjualan album perdananya tidak terlalu bagus, produser puas dengan hasilnya. Memasuki tahun 1985, Titi sudah sibuk mempersiapkan album kedua, Yang Pertama Yang Bahagia. Dalam pembuatan album itu Titi berkenalan dengan Indra Lesmana. Tak lama mereka pun menjalin cinta. Album-album Titi selanjutnya tak lepas dari garapan Indra, Ekspresi (1988), dan Titi Dj '89 (1989). Titi juga sempat bergabung dengan Adarapta bersamaAtiek CB dan menelurkan dua album. Seiring santernya isu bahwa kesuksesan Titi hanya karena Indra di sampingnya, hubungan mereka yang telah terbina selama 7 tahun pun berakhir di pertengahan tahun 1991. Setelah putus dengan Indra, orang-orang mulai mempertanyakan karier menyanyi Titi. Album-albumnya dinilai tidak sukses dan bahwa Titi bukan jaminan kelarisan album.
Tak mau putus asa, Titi terus berjuang dan menjadi pribadi yang lebih ceria. Harry de Fretes pimpinan Lenong Rumpi yang tayangannya amat populer di RCTI saat itu belum mengudara secara nasional, menawari Titi untuk bergabung. Titi sukses tampil mendampingi Ira Wibowo, Debby Sahertian, Ferina, dan Ade Juwita. Lenong Rumpi juga membawanya pada rekaman sebuah album, berjudul Emangnya Gue Pikirin. Bahkan, Titi juga mulai merambah dunia sinetron, antara lainBody Kuat,LakonTiga Duda, Jalan Pintas, Hari-Hari Gila dan yang paling populer, Nurlela.
Puncak karier Titi DJ adalah setelah perceraian dengan Bucek Depp rupanya membawa hikmah. Meski sempat berat di awal perceraiannya, bahkan Titi sempat berhutang pada sahabatnya, Chintami Atmanegara untuk membayar uang muka rumah, namun itu menjadi titik balik kesuksesan Titi sebagai penyanyi. Jiwa yang emosional, semangat memperjuangkan hidup, dan rasa cinta pada anak-anak membuahkan karya yang sungguh menyentuh. Album Bahasa Kalbu yang dirilis tahun 1999, sukses. Album ini sarat dengan lagu-lagu berlirik indah dengan aransemen yang memikat. Bahkan Titi sukses meraih 5 penghargaan dari 6 kategori yang dinominasikan dalam ajang Anugerah Musik Indonesia 1999. Titi meraih Album Terbaik Kategori Umum, Kategori Pop "Lagu Terbaik Kategori Umum", "Penyanyi Wanita Terbaik Kategori Pop dan Kategori Umum". Lagu "Bahasa Kalbu" juga menjadi soundtrack sinetron Cinta yang dibintangi Desy Ratnasari.
Pada tahun 2004, Titi meluncurkan album Greatest Hits yang berisi beberapa hits populer antara lain "Ekspresi" (feat Indra Lesmana), "Bintang-Bintang", "Dunia Boleh Tertawa" (feat Indra Lesmana), "Bahasa Kalbu", "Salahkah Aku", "Keresahanku", dan "Kuingin". Tiga tahun sebelumnya, Titi sudah pernah meluncurkan album the best yang bertajuk Titi DJ Menyanyi Kembali (2001). Album tersebut memang menyuguhkan sejumlah lagu yang bisa dibilang merupakan karya artistik Titi. Tahun 2007, Titi kembali merilis album The Best of Titi DJ. Album ini berisi sepuluh lagu lawas ditambah dua lagu baru, "Galau" ciptaan Titi sendiri dan "Engkau Laksana Bulan" karya composer legendaris Malaysia, P. Ramlee. Album ini juga menandai kerja sama pertama Titi dengan kekasihnya (yang sekarang telah menjadi suami ketiganya) Noviar Rachmansyah (Ovy). Karena penggarapan album hampir selesai, saat Titi mulai menjalin hubungan dengan Ovy, maka Ovy hanya berkontribusi pada desain sampul. Setahun setelah menikah untuk kedua kalinya, Titi membuat album berjudul Sang Dewi. Album tersebut dibuat Titi sebagai ekspresi rasa cintanya terhadap Andy. Titi sendiri yang menuliskan lagu andalannya yang berjudul sama. Album itu meledak, menjadi album Titi tersukses selama kariernya.
Titi DJ merupakan musisi dengan kuantitas tertinggi sebagai juri Indonesian Idol. 6 season Indonesian Idol (2004, 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2014) dan Indonesian Idol Junior Musim Pertama (2015).
Pejalanan Konser dari titik 0 sampai Maha-Konser yang Memecahkan Recor Indonesia
Tahun 2005, Titi menggelar konser tunggal pertamanya dengan tajuk Titi DJ Sang Dewi Live in Concert. Konser tersebut berlangsung di Plenary Hall, Jakarta Convention Center, Senayan pada tanggal 30 September 2005 dengan Tohpati sebagai music director dan juga Alex Hassim sebagai creative director. Tak hanya sukses sebagai lagu, album, dan tema konser, tembang "Sang Dewi" juga menginspirasi Dwi Ilalang untuk membuat film Sang Dewi(2007).
Konser tersebut juga diakui Krisdayanti dalam bukunya "My Life is My secret" sebagai konser terbaik sepanjang tahun. Pada awal tahun 2011, Titi DJ kembali melakukan konser untuk memeringati 25 tahunnya berkarier di industri musik yang bertajuk "Konser Swara Sang Dewi". Konser dengan tema Go Green tersebut diadakan 4 hari dengan 7 kali pertujukan. Konser yang diadakan di Taman Ismail Marzuki tersebut berhasil meraih rekor MURI kategori Penyanyi Wanita Pertama Indonesia dengan 4 Hari Konser 7 Kali Pertunjukan.
Maret 2013, Titi kembali menggebrak dengan menjadi penyanyi wanita Asia pertama yang melakukan konser di Marina Bay Sands, Singapura. Setelah pihak Marina Bay Sands melakukan survei, Grand Theather Eklusif di negeri singa itu memutuskan untuk mengundang Titi DJ melakukan konser tunggal.
“Kita patut berbangga karena Titi terpilih bisa mengadakan konser di MBS, karena tidak mudah mengadakan konser di sana. Dan selama ini hanya artis-artis internasional sekelas Elton John, Michael Bolton, Kenny G yang bisa mengadakan konser di sana. Dan Titi menjadi perempuan pertama dari Asia yang melakukannya,"—Jeffry Waworuntu.
Titi seolah membuka jalan bagi penyanyi Indonesia untuk melakukan konser di MBS, karena beberapa waktu setelah itu, Syahrini, Afgan Syahreza, dan Raisa mengadakan konser di tempat yang sama pada tahun-tahun selanjutnya.
Karir di 3 Diva
Tiga Diva (3 Diva) mulai terbentuk pada awal tahun 2006. Saat itu, KD, Titi DJ dan Ruth Sahanaya bersama Erwin Gutawa sebagai penata musik dan Jay Subiyakto sebagai penata artistiknya menggelar konser di 4 kota besar, Jakarta, Surabaya, Bandung dan Denpasar hingga negeri Jiran Malaysia. Mereka berdua juga selalu mengiringi 3 Diva konser hingga akhirnya Erwin-Jay dan 3 Diva berpisah pada awal tahun 2008. 3 Diva kemudian mengeluarkan mini album berjudul 3 Diva (2008) yang berisi 3 lagu, yaitu "A Lotta Love" (diciptakan oleh Titi DJ), "Adilkah Ini Untukku" (diciptakan oleh Icha Jikustik), dan "Mencinta" (Titi DJ dan Anang).
Pada tahun yang sama, 3 Diva melakukan mini konser untuk promo album 3 Diva yang ditayangkan live di salah satu TV swasta.
Setelah lama tidak melakukan konser bersama akibat karier dan kesibukan pribadi, 3 Diva kembali mengadakan konser luar negara (Singapore) pada tahun 2014 sebagai pematah isu keretakan anggota.
Sepanjang tahun 2016, 3 Diva kembali mengibarkan bendera kejayaan yang dituangkan dalam konsertourdi 4 kota besar, yakni Yogyakarta (23/4), Bandung (30/4), Jakarta (17/9), dan Surabaya (3/12).
No comments:
Post a Comment